Aku sangat hyper dalam seks jadi bukan salahku jika sexku mengebu gebu,
tapi yang disayangkan adalah suamiku sudah tua jadinya kepuasan yang
diberikan kurang terhadapku, maklum saja kita beda umur 16 tahun , dan
bukan salahku lagi jika aku mencari pelampiasan dengan pria lain yang
lebih muda tentunya, diusiaku sekarang inin 30 tahun tubuhku masih
terjaga bisa dibilang seksi.
Dengan Tinggi Badan 170cm BB 58kg Bra 38C aku merasa sintal dengan
payudara yang membusung besar ke depan dengan pantat njedol ke belakang
apalagi perut ramping dan pinggul besar membulat, menambahkan tubuhnya
yang bongsor ini semakin bahenol dan montok.
Namun sepandai-pandainya aku berselingkuh akhirnya ketahuan juga.
Suamiku marah bukan kepalang memergoki aku berpelukan dengan seorang
pria muda sambil telanjang bulat di sebuah motel.Dan ultimatum pun
keluar dari suamiku.
Aku dilarang olehnya beraktivitas diluar rumah tanpa pengawalan. Entah
itu dengan suamiku ataupun anakku. Tak sedikitpun aku lepas dari
pengawasan mereka bertiga. Secara bergantian mengawasiku. Galih anak
kakak sulungku yang baru masuk kuliah dapat giliran mengawasi di pagi
hari karena dia masuk siang.
Siangnya giliran Leni anakku sendiri yang duduk di kelas dua SMA, untuk
mengawasiku. Dan malamnya suamiku kena giliran. Tentu saja aktivitas
seks-ku pun terganggu total. Hasratku sering tak terlampiaskan,
akibatnya aku sering uring-uringan.
Memang sih aku bisa masturbasi, tapi kurang nikmat. Dua minggu berlalu
aku masih bisa menahan diri.Sebulan berlalu aku sudah stres berat.
Bahkan frekuensi masturbasiku terus bertambah, sampai pernah sehari 10
kali kulakukan.
Tapi tetap saja tak pernah mencapai kepuasan yang total. Aku masih butuh
kocokan penis keras laki-laki. Seperti pada pagi hari Senin, saat
bangun pagi jam 8 rumah sudah sepi. Suamiku dan Leni sudah pergi, dan
tinggal Galih yang ada di bawah.
Aku masih belum bangkit dari tempat tidurku, masih malas-malasan untuk
bangun. Tiba-tiba aku tersentak karena merasa darahku mengalir dengan
cepat. Ini memang kebiasaanku saat bangun pagi, nafsu seks-ku muncul.
Sebisanya kutahan-tahan, tapi selangkanganku sudah basah kuyup.Aku pun
segera melorotkan CD-ku lalu BH didadaku sehingga susu montok besar
mancung itu leluasa muntah keluar dan langsung aku menyusupkan dua jari
tangan kananku ke lubang vaginaku.
Vaginaku yang merekah kemerahan ditumbuhi rambut kemaluan yang hitam
sangat lebat mulai dari bawah pusar sampai pada vaginaku yang seret ini
membentuk segitiga hitam agak keriting. Aku mendesis pelan saat kedua
jari itu masuk, terus kukeluar-masukkan dengan pelan tapi pasti.
Aku masih asyik bermasturbasi, tanpa menyadari ada sesosok tubuh yang
sedang memperhatikan kelakuanku dari pintu kamar yang terbuka lebar. Dan
saat mukaku menghadap ke pintu aku terkejut melihat Galih, anak kakak
sulungku, sedang memperhatikanku bermasturbasi.
Tapi anehnya aku tidak kelihatan marah sama sekali, tangan kanan masih
terus memainkan kemaluanku, dan aku malah mendesah keras sambil
mengeluarkan lidahku. Dan Galih tampak tenang-tenang saja melihat
kelakuanku.
Aku jadi salah tingkah, tapi merasakan liang vagina yang makin basah
saja, aku turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah Galih. Tubuh
bongsorku yang sintal berjalan dengan buah dada menari-nari ke kanan ke
kiri mengikuti langkahku, dengan sesekali kebelai bulu kemaluan
vaginaku menambah rangsangan pada Galih kemenakanku itu.
Anak kakak sulungku itu masih tenang-tenang saja, padahal saat turun
dari tempat tidur aku sudah melepas pakaian dan kini telanjang bulat.
Aku yang sudah terbuai oleh nafsu seks tak mempedulikan statusku lagi
sebagai tantenya.
Saat kami berhadapan tangan kanan langsung meraba selangkangan anak itu.
“Bercintalah dengan Tante, Galih!” pintaku sambil mengelus-elus
selangkangannya yang sudah tegang.
Galih tersenyum,
“Tante tahu, sejak Galih tinggal disini 6 bulan lalu, Galih sudah sering
membayangkan bagaimana nikmatnya kalo Galih bercinta dengan Tante..”
Aku terperangah mendengar omongannya.
“Dan sering kalo Tante tidur, Galih telanjangin bagian bawah Tante serta menjilatin kemaluan Tante.
” Aku tak percaya mendengar perkataan kopanakanku ini.
“Dan kini dengan senang hati Galih akan ‘kerjai’ Tante sampai Tante
puas!”.Galih langsung memegang daguku dan mencium bibirku dan melumatnya
dengan penuh nafsu.
Lidahnya menyelusuri rongga mulutku dengan ganas. Sementara kedua
tangannya bergerilya ke mana-mana, tangan kiri meremas-remas payudaraku
dengan lembut sementara tangan kanannya mengelus permukaan kemaluanku.
Aku langsung pasrah diperlakukan sedemikian rupa, hanya sanggup mendesah
dan menjerit kecil.Puas berciuman, Galih melanjutkan sasarannya ke
kedua payudaraku. Kedua puting susuku yang besar coklat kehitaman,
dihisap anak itu dengan lembut.
Kedua permukaan payudaraku dijilati sampai mengkilat, dan aku sedikit
menjerit kecil saat putingku digigitnya pelan namun mesra. Aduh, tak
henti-hentinya aku mendesah akibat perlakuan Galih. Ciuman Galih
berlanjut ke perut, dan diapun berjongkok sementara aku tetap berdiri.
Aku tahu apa yang akan Galih lakukan dan ini adalah bagian di mana aku
sering orgasme. Yah, aku paling tak tahan kalau kemaluanku di oral seks.
Galih tersenyum sebentar ke arahku, sebelum mulutnya mencium permukaan
lubang vaginaku yang rimbun tertutup bulu kemaluan yang sangat lebat.
Lidahnya pun menari-nari di liang vagina, membuatku melonjak bagai
tersetrum. Kedua tanganku terus memegangi kepalanya yang tenggelam di
selangkanganku, saat lidahnya menjilati klitorisku dengan lembut.
Dan benar saja, tak lama kemudian tubuhku mengejang dengan hebatnya dan
desahanku semakin keras terdengar. Galih tak peduli, anak itu terus
menjilati kemaluanku yang memuncratkan cairan-cairan kental saat aku
berorgasme tadi.
Aku yang kelelahan langsung menuju tempat tidur dan tidur telentang.
Galih tersenyum lagi. Dia kini melucuti pakaiannya sendiri dan siap
untuk menyetubuhi Tantenya dengan penisnya yang telah tegang.
“Aaahh besar banget penismu, keras berotot panjang lagi, tante suka
penis yang begini ” sahutku takjub keheranan dan gembira karena sebentar
lagi vaginaku akan dikocok penis yang gede dan panjang, kira-kira
ukurannya panjang 20 cm diameter 4 cm coba bayangin hebat kan.
Galih bersiap memasukkan penisnya ke lubang vaginaku, dan aku
menahannya, “Tunggu sayang, biar Tante kulum penismu itu sebentar.”
Galih menurut, di sodorkannya penis yang besar dan keras itu ke arah
mulutku yang langsung mengulumnya dengan penuh semangat. Penis itu kini
kumasukkan seluruhnya ke dalam mulutku sementara dia membelai rambutku
dengan rasa sayang.
Batangnya yang keras kujilati hingga mengkilap. “Sekarang kau boleh
kocok dan genjot vagina Tante, Galih..” kataku setelah puas mengulum
penisnya. Diapun mengangguk, penisnya segera dibimbing menuju lubang
vagina yang kemerahan merekah siap menerima tusukan penis besar nikmat
itu.
Vaginaku yang basah kuyup memudahkan penis Galih untuk masuk ke dalam dengan mulus.
“Ahh.. Galih!” aku mendesah saat penis Galih amblas dalam kemaluanku.
Galih lalu langsung menggenjot tubuhnya dengan cepat, lalu berubah
lambat tapi pasti. Diperlakukan begitu kepalaku berputar-putar saking
nikmatnya. Apalagi Galih seringkali membiarkan kepala penisnya
menggesek-gesek permukaan kemaluanku sehingga aku kegelian.
Berbagai macam posisi diperagakan oleh Galih, mulai dari gaya anjing
sampai tradisional membuatku orgasme berkali-kali. Tapi dia belum juga
ejakulasi membuatku penasaran dan bangga. Ini baru anak yang perkasa.
Dan baru saat aku berada di atas tubuhnya, Galih mulai kewalahan.
Goyangan pinggulku langsung memacunya untuk mencapai puncak kenikmatan.
Dan saat Galih memeluk dengan erat, saat itu pula air mani membasahi
kemaluanku dengan derasnya, membuatku kembali orgasme untuk yang
kesekian kalinya.
Selangkanganku kini sudah banjir tidak karuan bercampur aduk antara mani
Galih dengan cairanku sendiri. Galih masih memelukku dan mencium
bibirku dengan lembut. Dan kami terus bermain cinta sampai siang dan
baru berhenti saat Leni pulang dari sekolah.
Sejak saat itu aku tak lagi stress karena sudah mendapat pelampiasan
dari keponakanku. Setiap saat aku selalu dapat memuaskan nafsuku yang
begitu besar. Dan tidak seorang pun mengetahui kecuali kami berdua.
Tamat