Statusku sekarang adalah karyawan yang mengurusi bagian minuman, aku
sudah bekerja disini selama 3 tahun, posisiku sekarang ini sudah lumayan
diangkat sebagai menager dan aku mendapat fasilitas berupa rumah dan
mobil mewah , kalau habis kerja aku seringnya jalan jalan untuk
refresing soalnya dikantor memang penat tugasku.
Cerita ini berawal saat aku pulang kerja sekitar jam 11 malam,
mobilku menabrak seorang anak yang digandeng ibunya sedang menyeberang
jalan. Untung saja aku cepat menginjak rem sehingga anak itu lukanya
tidak parah hanya sedikit saja dibagian pahanya. KeSasti aku tawarkan
untuk ke rumah sakit, Ibu itu menolak dan katanya lukanya tidak parah.
“Ya udah bu, sekarang aku antar Ibu pulang, dimana rumah Ibu?”
“Nggak usah den, si Mbok nggak usah diantar”.
“Kenapa Mbok, inikan sudah malam, nggak apa-apa Mbok aku antar ya?”
Si mbok ini tidak menjawab pertanyaanku dan hanya menunduk lesu dan
keSasti dia mau menjawab, dari arah ujung trotoar mencul anak kecil
sambil membawa bekicot.
“Ini Mbok bekicotnya, biar luka Mbak Sasti cepat sembuh”.
Ibu itu menerima bekicot dari gadis itu, memecahnya dibagian ujung
dan mengoleskannya diluka gadis yang ternyata namanya Sasti. Tapi,
Setelah selesai mengoleskan, simbok itu mengandeng Sasti dan adiknya mau
pergi. Sebelum melangkah jauh, aku hadang dan berusaha untuk
mengantarnya pulang.
“Simbok mau pulang.., aku antar ya Mbok, kasihan Sasti jalannya pincang”.
“Ngaak usah den, simbok..”.
“Kenapa Mbok, nggak sungkan-sungkan, ini kan sudah malam, kasihan Sasti Mbok..”.
“Simbok ini nggak punya rumah den, sombok cuma gelandangan”.
Aku sempat benggong mendengar jawaban simbok ini, akhirnya aku
putuskan untuk mengajaknya ke rumahku walaupun hanya untuk malam ini
saja. Terus terang aku kasihan kepada mereka.
“Ya sudah Mbok, kamu dan kedua anakmu itu malam ini boleh tidur dirumahku”
“Tapi ndoroo..”.
“Sudahlah Mbok, ini juga kan untuk menebus kesalahanku karena menabrak Sasti”.
Dari informasi yang aku dapatkan didalam mobil selama perjalanan
pulangp, simbok ini ternyata ditinggak suaminya saat mengandung adiknya
Sasti, yang akhirnya aku ketahui namanya Intan.
Simbok ini yang ternyata namanya Inem, usianya sekitar 42 tahun, dan
anaknya si Sasti umurnya 14 tahun sedangkan Intan baru 11 tahun. Sasti
sempat lulus SD, sedangkan Intan hanya sempat menikmati bangku SD kelas
4.
Setelah sampai dirumah, Mbok Inem dan kedua anaknya langsung aku
suruh mandi dan makan malam. Ternyata simbok, Sasti dan Intan tidak
membawa baju ganti sehingga setelah mandi baju yang dipakainya ya tetap
yang tadi.
Padahal baju yang dipakai ketigany sudah tidak layak untuk dipakai
lagi. Simbok memakai daster yang lusuh dan sobek disana-sini sedangkan
Sasti dan Intan sama saja lusuh dan penuh jahitan disana sini.
Besok yang kebetulan hari minggu, aku memang mempunyai rencana
membelikan baju untuk mereka bertiga. Aku memang tipe orang yang nggak
bisa melihat ada orang lain menderita. Kata temen-temen sih, aku
termasuk orang yang memiliki jiwa sosial yang tinggi.
“Sasti dan juga kamu Intan makan yang banyak ya.. biar cepet gede..”.
“Inggih Ndoro.., boleh nggak kalau Intan habiskan semuanya, karena Intan sudah 2 hari nggak makan”.
“Boleh nduuk.., Intan dan Sasti boleh makan sepuasnya disini”.
Mulai dari sinilah awal dari petualangan seksku. Setelah acara makan
malam selesai, ketiganya aku suruh tidur di kamar belakang. Sekitar jam 1
malam setelah aku selesai nonton acara TV yang membosankan, aku menuju
kekamar belakang untuk meneggok keadaan mereka.
KeSasti aku masuk kekamar mereka, jantungku langsung berdeguk cepat
dan keras saat aku melihat daster Mbok Inem yang tersingkap sampai ke
pinggang. Ternyata dibalik daster itu, Mbok inemku ini memiliki paha
yang betul-betul mulus dan dibalik CD nya yang lusuh dan sobek dibagian
depannya terlihat dengan jelas jembutnya yang tebal dan hitam. Pikiranku
langsung melayang dan kontolku yang masih perjaka ini langsung
berontak.
Setelah agak tenang, tanganku langsung bergerilnya mengelus paha
mulus Mbok inemku ini. Setelah puas mengelus pahanya, aku mulai
menjilati ujung paha dan berakhir dipangkal pahanya. Aku sempat mau
muntah keSasti mulai menjilati klitorisnya.
Di depan tadi kan aku sudah bilang kalau CD Mbok ku ini sobek
dibagian depan.., jadi clitnya terlihat dengan jelas. Sedangkan yang
bikin aku mau muntah adalah bau CDnya. Ya.. mungkin sudah berhari-hari
tidak dicuci.
Setelah sekitar 13 menit aku jilati clitnya dan ternyata Mbok inemku
ini tidak ada reaksi.. ya mungkin terlalu capek shingga tidurnya pulas
banget, aku mulai keluarkan kontolku dan mulai aku gesek-gesekkan di
clitnya.
Aku tidak berani melapas CDnya takut dia bangun. Ya.. aku hanya
berani mengocok kontolku sambil memandangi clit dan juga teteknya.
Ternyata Mbok inemku ini tidak memakai BH sehingga puting payudaranya
sempat menonjol di balik dasternya. Aku tidak berani untuk memeras
teteknya karena takut Mbok Inem akan bangun.
Sedang asyik-asyiknya aku mengocok kontolku, si Sasti bangun dan
melihat ke arahku. Sasti sempat mau teriak dan untung saja aku cepat
menutup mulutnya dan memimta Sasti untuk diam. Setelah Sasti diam,
berhubung aku sudah tanggung, terus saja aku kocok kontolku.
Sasti yang masih terduduk lemas karena ngantuk, tetap saja melihat
tangan kiriku yang mengocok kontolku dan tangan kananku mengusap-usap
paha mulus ibunya. Sambil melakukan aktivitasku, aku pandangi si Sasti,
gadis kecil yang benar-benar polos, dan aku lihat sesekali Sasti melihat
mataku terus berpindah ke paha ibunya yang sedang aku elus-elus
berulangkali. Setelah sekitar 8 menit berlalu, aku tidak tahan lagi, dan
akhirnya “.. croot.. crrott.. croot..” ada 6 kali aku menembakkan
pejuhku ke arah clit Mbok inemku ini.
Saat aku keluarkan pejuhku, si Sasti menutup matanya sambil memeluk
kedua kakinya. Pada saat itulah aku tanpa sengaja melihat pangkal
pahanya dan ternyata.., Sastiku ini tidak memakai CD. Saat aku sedang
melihat memeknya Sasti, dia bilang..
“Ndoro.. kenapa pipis di memeknya simbok”. aku sendiri sempat kaget mendengarnya.
“Nduuk.. itu biar ibumu tidur nyenyak..”.
“Ndoroo.. Sasti kedingingan.., Sasti mau pipis.. tapi Sasti takut ke kamar mandi..”.
“Ya.. sudah Nduk.. ayo aku antar ke kamar mandi”.
Sasti kemudian aku ajak pipis ke toilet di kamar tidurku. Aku sendiri
juga pengen pipis, terus Sasti aku suruh jongkok didepanku. Sasti
kemudian mengangkat roknya dan.. suur.. banyak sekali air seni yang
keluar dari memeknya.
Aku sendiri hanya sedikit sekali kencingku. Setelah acara pipisnya
selesai, Sasti aku gendong dan aku dudukkan di pinggir ranjangku. Lalu
aku peluk dan aku belai lembut rambut panjangnya yang sampai ke
pinggang.
“Ndoro.. Sasti belum cebok.. nanti memeknya Sasti bau lho.. Ndoro..”.
“Nggak apa-apa Nduk.. biar nanti Ndoro yang bersihin memeknya Sasti.. Sasti bobok disini ya.. sama ndoromu ini..”.
Kemudian Sasti aku angkat dan mulai aku baringkan di ranjang empukku
ini. Tangganku mulai aktif membelai rambutnya, pipinya, bibirnya.. dan
juga payudaranya yang lumayan montok. Pada saat tanganku mengelus
pahanya..
“Ndoro.. kenapa mengusap-usap kaki Sasti yang lecet..”.
“Oh iya Nduk.. Ndoro lupa..”.
Tahu sendirilah, aku memang benar-benar sudah horny untuk mencicipi
Sasti, gadis kecilku ini. Bayangkan pembaca, disebelahku ada gadis 14
tahun yang begitu polos, dan dia diam saja keSasti tanganku
mengelus-elus seluruh tubuhnya.
Pembaca.. gimana udah belum ngebayanginya.. udah belum..! udah yaa.. aku terusin ceritanya.
Kemudian aku jongkok diantara kakinya dan mulailah aku singkap rok
yang dipakai Sasti sampai ke pinggang. Sekarang terpampanglah
dihadapanku seorang gadis kecil usia 14 tahun denga bibir kemaluan yang
masih belum ditumbuhi bulu.
Setelah pahanya aku kangkangkan, terpangpanglah segaris bibir memek
yang dikanan-kirinya agak mengelembung.., eh maksudku tembem. Dengan
jari telunjuk dan Ibu jari aku berusaha untuk menguak isi didalamnya.
Dan ternyata.. isinya merah muda, basah karena ada sisa pipisnya yang
tadi itu lho dan juga agak mengkilap.
Tangankupun mulai mengelus memek keperawanannya, dan sesekali aku
pijit, pelintir dan aku tarik-tarik clitorisnya. Ake sendiri heran
clitnya Sastiku ini ukurannya nggak kalah sama ibunya.
“Aduuh.. Ndoro.. memeknya Sasti diapain.. Ndoro..”.
“Tenang Nduk.. nggak apa-apa.. Ndoro mau nyembuhin luka kamu kok.. Sasti diam saja yaa..”.
“Inggiih.. Ndoro..”.
Setelah Sasti tenang, akupun mulai menjilati memeknya dan memang ada rasa dan bau pipisnya Sasti.
“Ndoro.. jangaan.. Sasti malu ndoroo.. memek Sasti kan bau..”.
Aku bahkan sempat memasukkan jariku ke liang perawannya dan mulai aku
kocok-kocok dengan pelan. Sastipun mulai menggelinjang dan
mengangkat-angkat pantatnya.
Aku pun mulai menyedot memeknya Sasti dengan kuat dan aku lihat Sasti
menggigit bibir bawahnya sambil kepalanya digoyang kekanan kiri.
“Ndoroo.. geli Ndoro.. memeknya Sasti diapain sih ndoroo..”.
Akupun tidak peduli dengan keadaan Sasti yang kakinya
menendang-nendang dan tangannya mencengkeram seprei ranjangku sampai
sobek disana sini. Dan akhirnya..
“Ndoroo.. sudah Ndoro.. Sasti mau pii.. piis dulu Ndoro..”.
Dan tidak lama kemudian “Ssuur.. suur.. suur..”
Banyak sekali cairan hangatnya membanjiri mulutku. Aku berusaha
sekuat tenaga untuk menelan semua cairan memeknya yang mungkin baru
pertama kali ini dikeluarkannya.
Setelah kujilati dan kuhisap sampai bersih, akupun tiduran disebelahnya dan kurangkul Sastiku ini.
“Ndoro.. maafin Sasti ya.. Sasti tadi pipis di mulutnya Ndoro.. pipis Sasti bau ya Ndoro..”.
“Nggak apa-apa Nduk.. tapi Sasti harus dihukum.. karena udah pipis dimulut Ndoro..”
“Sasti mau dihukum apa saja Ndoro.. asalkan Ndoro nggak marahin Sasti..”.
“Hukumannya, Sasti gantian minum pipisnya Ndoro.. mau nggak..”.
“Iya Ndoro..”.
Akhirnya aku keluarkan kontolku yang sudah tegang. Begitu kontolku
sudah aku keluarkan dari CDku, Sasti yang masih terlalu polos itu
menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Aku lihat wajah Sasti agak
memerah. Setelah aku lepaskan kedua tangannya, aku sodorkan kontolku
kedepan wajahnya dan aku suruh Sasti untuk memegangnya.
“Nduk.. ayo dipegang dan dielus-elus..!.
“Inggih Ndoro.. tapi Sasti malu Ndoro.. Sasti takut Ndoro..”.
“Nggak apa-apa Nduk.. ini nggak nggigit kok.. ini namanya kontol Nduk..”.
Kemudian gadis kecilku ini mulai memegang, mengurut, meremas dan kadang-kadang diurut.
“Nduk.. kontolnya ndoromu ini diemut ya..”.
“Tapi Ndoro.. Sasti takut Ndoro.. Sasti jijik Ndoro..”.
“Nggak apa-apa Nduk.. diemut saja seperti saat Sasti ngemut es krim.. ayo nanti Sasti Ndoro kasih es krim.. mau ya..”.
“Benar Ndoro.. nanti Sasti dikasih es krim..”.”Iya Nduk..”.
Sasti pun jongkok diantara pahaku dan mulai memasukkan kontolku ke
mulutnya yang mungil. Agak susah sih, bahkan kadang-kadang kontolku
mengenai giginya.
“Nah gitu nduuk.. diisep ya.. yaa.. ya gituu.. nduuk..”.
Sambil Sasti mengoral kontolku, kaos lusuhnya Sasti pun aku angkat
dan aku lepaskan dari tubuh mungilnya. Aku elus-elus teteknya dan kadang
aku remas dengan keras.
“Aku gemes banget sih sama payudaranya yang bentuknya agak meruncing itu”.
Sekitar 12 menit kemudian, aku rasakan kontolku sudah
berdenyut-denyut. Aku tarik kepala Sasti dan aku kocok kontolku dimulut
mungilnya.. dan.. aku tekan sampai menyentuh kerongkongannya dan
akhirnya “.. croot.. croot.. croot.. cruut..!”
Cairan pejuhku sebagian besar tertelan oleh Sasti dan hanya sedikit yang menetes keluar dari mulutnya.
“Ndoroo.. pipisnya banyak banget.. Sasti sampai mau muntah..”.
“He.. eh.. nduuk.. tapi enak kan.. pipisnya Ndoro..”.
“Inggih Ndoro.. pipis Ndoro kental banget.. Sasti sampai nggak bisa telan.. agak amis Ndoro..”.
Aku memang termasuk laki-laki yang suka merawat tubuhku. Hampir
setiap hari aku fitnes. Menuku setiap hari : susu khusus lelaki, madu, 6
butir telur mentah, dan juga suplemen protein produk Amerika. Jadi ya
wajar kalau spermaku kental dan agak amis.
Kemudian aku peluk bidadariku kecilku ini dan sesuai janjiku dia aku
kasih es krim rasa vanilla. Setelah habis Sasti memakan es krimnya, dia
aku telentangkan lagi diranjangku. Terus aku kangkangkan lagi pahanya
dan aku mulai lagi menjilati memek tembemnya. terus terang saja aku
penasaran sebelum membobol selaput daranya.
“Ndoro.. mau ngapain lagi.. nanti Sasti pipis lagi lho Ndoro..”.
“Nggak apa-apa Nduk.. pipis lagi aja Nduk.. Sasti mau lagi khan es krim..”
“Mau Ndoro..”.
Setelah aku siap, pahanya aku kangkangkan lagi lebih lebar, dan aku
mulai memasukkan kepala kontolku ke lubang surgawinya. Baru masuk
sedikit, Sastiku meringgis.
“Ndoro.. memek Sasti diapain.. kok sakit..”
Aku sempat tarik ulur kontolku di liang memeknya. Dan setelah kurasa
mantap, aku tekan dengan keras. Aku rasakan ujung kontolku merobek
selaput tipis, yang aku yakin itu adalah selaput daranya.
“Ndoorroo.. sakiit..” Langsung aku peluk Sasti, kuciumi wajah dan bibir mungilnya.
“Nggak apa-apa Nduk.. nanti enak kok.. Sasti tenang saja ya..”.
Setelah kudiamkan beberapa saat, aku mulai lagi memompa memeknya dan aku lihat masih meringis sambil menggigit bibir bawahnya.
“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli Ndoro.. ahh..” itulah yang keluar dari mulutnya Sasti.
“Auuhh.. oohh.., Ndoro.., periih…, aahh.. gelii Ndoro.. aahh..,”.
SAmbil aku terus meusuk-nusuk memeknya, aku selalu perhaSastin wajah imutnya Sasti. Sungguh pemandangan yang luar biasa.
Wajahnya memerah, bibirnyapun kadang-kadang menggigit bibir bawahnya
dan kalau aku lihatnya matanya terkadang hanya terlihat putihnya saja.
Kedua kaki Sasti pun sudah tidak beraturan menendang kesana-kesini dan
juga kedua tangannya menarik-narik seprei kasurku hingga terlepas dari
kaitannya.
“Auuhh.. oohh.., ndoroo.., aahh.. ooh.. aahh, ndoroo..”.
Aku mulai rasakan ada denyutan-denyutan vaginanya di kontolku,
pertanda Sastiku sebentar lagi orgasme. Kepala Sasti pun mulai
menengadah ke atas dan kadang-kadang badannya melengkung. Sungguh
pemandangan yang sensasional, gadis 14 tahun yang masih begitu polos,
tubuhnya mengelinjang dengan desahan-desahan yang betul-betul erotis.
Aku yakin para pembaca setuju dengan pendapatku, tapi tangannya
pembaca kok megang-megang “itu” nya sendiri, hayo udah terangsang ya.
Aku tahu kok, nggak usah malu-malu, terusin aja sambil membaca ceritaku
ini.
“Oohh.. ahh.. auuhh.. geli ndoroo.. ahh..”
“Ndoroo.. Sasti mau pipiiss.. ndoroo..”
“Seerr.. suurr.. suurr.., kontolku seperti disiram air hangat..”.
Aku peluk sebentar Sastiku untuk memberikan kesempatan gadis kecilku
menuntaskan orgamesme. Setelah agak reda, aku lumat-lumat bibir
mungilnya.
“Maapin Sasti ya Ndoro.. Sasti pipis dikasurnya Ndoro..”.
“Sasti malu Ndoro.. udah gede masih ngompol di kasur..”.
“Nggak apa-apa Nduk.. (lugu sekali gadisku ini).. Ndoro juga mau pipis di kasur kok..”.
Aku sendiri sudah nggak tahan. Kakinya aku angkat, lalu kuletakkan di
pundakku. Dengan posisi ini kurasakan kontolku menyentuh dinding
rahimnya. Memeknya jadi becek banget, dan aku mulai mempercepat sodokan
kontolku.
“Ndooro.. Sasti capek.. Sasti mau bobok.. ndooroo..”.
“Iya nduuk.. Sasti bobok saja yaa..”
.
“Memeek Sasti periih.. ndooroo..”.
Kutekan keras-keras kontolku ke liang kenikmatannya dan kutarik
pantatnya dan “croot.. cruut.. croot.. croot.. cruut.. croot..!”. Aku
muntahkan pejuhku kedalam rahimnya.
Aku cabut kontolku dari memek tembemnya, terlihat lendir putih
bercampur dengan darah segar mengalir keluar dari liang kemaluannya.
“Ndoro.., kenapa Ndoro pipis diperutnya Sasti.., perut Sasti jadi hangat Ndoro..”.
“Iya nduuk.., biar kamu nggak kedinginan.., ayo sekarang Sasti bobok ya.., sini Ndoro kelonin..”.
“Inggih Ndoro.., sekarang Sasti capek.., Sasti pengen bobok..”.
Aku perhaSastin memeknya sudah mulai melebar dan agak membelah
dibandingkan sebelum aku perawanin. Aku peluk dia dan aku cium dengan
mesra Sasti, si gadis kecilku. Aku dan Sastipun akhirnya tertidur dengan
pulas. Nikmaat.
Tamat